Academic Atmosphere

Acara National Workshop di Tawangmangu

Ada wajah penat, ada pula wajah cerah terpancar dari para peserta National Workshop di Tawang Mangu. Salah satu guyonan yang saya catat penting adalah tatkala ada peserta yang menanyakan soal berapa royalti Prof Imam dari buku-bukunya.  Maka dengan nada bercanda Prof Imam pun menjawab ” pertanyaannya ndak penting, ndak perlu dijawab”. Prof Imam pun menambahkan, royalti hanya pancingan, yang pokok adalah menjadi orang besar dengan karya dan mulia karena memberi kebermanfaatan pada semesta. Ini akan menjadi nilai plus bagi siapa saja yang hadir di National Workshop TawangMangu.

 

Kembali ke kampung halaman

Kembali ke tempat dakwah di sekolah-sekolah mesti membawa  academic atmosphere yang telah direcharging di Tawang Mangu. Tidak boleh kiranya kembali ke lingkungan sekolah atau dikdasmen atau di lingkungan pendidikan Muhammadiyah kemudian menjadi malas kembali menulis, malas membaca, serta menunda menyempatkan waktu untuk menggerakkan jari jemari untuk menulis.

Percayalah, ketika kita sudah terbiasa, dan mengalami kebuntuan, maka tangan Tuhan yang bergerak. Bukankah kita tak punya kuasa, kuasa Tuhan yang ada di tulisan-tulisan kita. Saat hal itu terjadi, menulis seperti menjadi “juru ketik” Tuhan saja. Saat kesadaran itu tumbuh, yakinlah kita baru menanam, dan untuk memanen, tinggal menunggu waktu.

 

Baca Juga : Tejemahan Buku Daily Life Theraphy

 

Bukankah pahala orang yang  membaca (mencari ilmu) adalah didoakan ribuan malaikat dan diampuni dosanya?

Saat pembaca tulisan anda melakukan itu, maka pahala penulisnya pun tak kalah besarnya. Menjadi penulis, di kelilingi kesibukan berdakwah tentu akan menjadi nilai lebih buat kita semua.

Be A Writer, ciptakan terus academic atmosphere di National Workshop Tawang Mangu ke tempat anda semua berada, maka mitos minat baca manusia indonesia rendah memang harus dibantah dengan kerja nyata.

 

Arif Yudistira, Penulis, Peminat Dunia Pendidikan dan Anak